#navbar-iframe { height:0px; visibility: hidden; display: none; }

Rabu, 05 Desember 2012

PENGELOLAAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN Manajemen atau pengelolaan sangat diperlukan oleh sesorang atau sebuah lembaga untuk mengatur dan memenej suatu objek tertentu agar berjalan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan memang suatu hal yang diharuskan pada setiap tindakan dan kegiatan supaya apa yang didinginkan bisa tercapai. Pengelolaan kelas sangat tergantung kepada guru yang berada didalam kelas yang bersangkutan, jika seorang guru yang menjadi komando didalam kelas tersebut bisa mengelola kelas dengan baik dan benar maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal, namun jika seorang guru yang berada didalam kelas tersebut tidak bisa mengelola kelas dengan baik maka proses pembelajaran akan menjadi tidak maksimal. Pengelolaan kelas akan terus diperlukan mengingat kebanyakan proses pembelajaran formal akan berada didalam ruangan kelas. Disini dibutuhkan keterampilan seorang guru dalam mengelola dan memenej agar kelas yang dipimpinnya bisa berjalan dengan teratur. Maka dari itu, pengelolaan kelas memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar serta bisa menentukan apakah proses tersebut akan berahasil atau tidak berhasil. Oleh karenanya seorang guru diharapkan agar mempunyai kecakapan dalam mengelola sebuah kelas yang diajarnya. BAB II PEMBAHASAN A. Pengelolaan Kelas Pengelolaan dalam bahasa lainnya juga disebut dengan manajemen. Manajemen sebenarnya merupakan bahasa serapan yang diambil dari kata “managemen” yang berasal dari bahasa Inggris. Istilah pengelolaan dalam pembahasan ini disamakan dengan manajemen karena pada prinsipnya manajemen dan pengelolaan sama-sama berperan untuk mengatur sesuatu agar sesuai dan berjalan dengan semestinya. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian “pengelolaa” ini diartiakn dengan penyelenggaraan. Dilihat dari asal kata “manajemen” dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efesien . Pengelolaan kelas merupakan proses pemberdayaan sumber daya baik material elemen maupun human elemen didalam kelas oleh guru sehingga memberikan dukungan terhadap kegiatan belajar oleh siswa dan kegiatan mengajar oleh guru. Ulbert Silalahi mengartikan manajemen sebagai kegiatan mendayagunakan sumber-sumber (manusia dan non manusia) dan tugas melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pimpinan dan pengontrolan sehingga individu atau kelompok yang bekerja sama bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi . Dari pengertian-pengertian manajemen yang ada, setidaknya terdapat tiga fokus utama untuk mengartikan manajemen yaitu : 1. Manajemen sebagai proses 2. Manajemen sebagai suatu keahlian 3. Manajemen sebagai seni Manajemen atau pengelolaan kelas tidak hanya terfokus pada fasilitas yang bersifat fisik dan rutinitas semata, namun juga terkait dengan penyiapan lingkungan sekolah yang bisa efektif dan efisien, maka dari itu harus diciptakan suasana yang mendudkung untuk menunjang pembelajaran yang efektif. Pengelolaan kelas dilakukan supaya tercapainya tujuan-tujuan dari pendidikan dalam penyampaian materi yang diadakan didalam kelas. Kelas dalam arti sempit bisa diartikan dengan sebuah ruangan yang dibatasi oleh tembok atau dinding tempat para siswa belajar, sedangkan kelas dalam arti luas bisa diartikan dengan sebuah masyarakat kecil yang berada dalam lingkungan masyarakat sekolah yang bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan sesuatu yang kreatif. Pengelolaan kelas lebih menekankan pada aspek pengaturan kelas atau pemanajemenan lingkungan kelasnya. Pengaturan-pengaturan yang dilakukan didalam kelas ini dapat berupa pengaturan yang dilakukan pada tempat duduk siswa, dapat juga pengaturan yang dilakukan pada suasana kelas agar lebih nyaman dan menyenangkan bagi siswa sehingga mendudkung proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas secara garis besar terdiri dari dua bagian, yaitu : a.Pengaturan atau pengelolaan yang tertuju pada orang (siswa) Artinya siswa berfungsi sebagai objek didalam kelas karena para siswa lah yang akan mengikuti dan menerima proses pembelajaran, namun siswa kedudukannya disini tidak hanya sebagai objek semata tetapi juga merupakan objek yang memepunyai potensi serta pilihan untuk bergerak. Maka dari itu dibutuhkan kejelian dari seorang guru yang berhadapan langsung dengan siswa untuk bisa menggali potensi-potensi tersebut agar pemebelajaan dapat berjalan dengan sukses. b.Pengelolaan fasilitas Aktivitas-aktivitas yang terjadi dan dilakukan oleh para siswa dan guru juga tentu tidak akan terlepas dari kondisi fisik yang ada disekitarnya, oleh karenanya dibutuhkan lingkungan fisik yang bisa mendukung proses kegiatan tersebut. Lebih lanjut, pengelolaan kelas oleh guru juga dituntut memounyai kecakapan untuk memanfaatkan sesuatu agar tertata yang terdapatdalam kelas, diantaranya : 1. Menata tempat dudk siswa 2. Menata alat peraga yang ada dikelas 3. Menata kedisiplinan dan pergaulan siswa dikelas 4. Menata tugas-tugas yang akan diberikan pda siswa 5. Menata ruang fisik kelas agar terjaganya kenyaman siwa Lebih jelasnya, pengelolaan kelas merupakan suatu hal yang musti dilakukan oleh guru yang bersangkutan atau pengajar yang berhadapan langsung dengan siswa-siswa didalam kelas dengan maksud supaya kondisi pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan diharapkan terwujudnya suasana kelas yang kondusif dalam mencapai tujuan serta target-target yang ingin dicapai. B. Prinsip Dasar dalam Mengelola Kelas Secara umum, kondusif tidaknya suatu kelas sangat di pengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Kedua faktor ini penting di perhatikan oleh para guru agar mereka dapat mengetahaui akar dari berbagai persoalan yang setiap saat bisa muncul di kelas. Faktor internal siswa biasanya berhubungan erat dengan masalah-masalah emosi, pikiran, dan prilaku siswa. Kita tahu bahwa setiap siswa memilik kondisi emosi, pikiran, dan prilaku yang berbeda-beda satu sama lain. Semua faktor internal inilah yang kemudian mempengaruhi terbentuknya kepribadian siswa. Sedangkan, kepribadian siswa itu berbeda-beda untuk setiap anak. Hal itu seperti masalah biologis, intelektual, dan psikologi siswa yang sangat berlainnan satu denagn yang lainnya . Sementara itu, faktor eksternal siswa biasanya sanagat berkaitan erat denagan masalah lingkunagan di mana mereka belajar, penempatan siswa, penglompokan, jumlah, dan bahkan lingkungan keluarga. Selama ini, mungkin kita tidak menyadari jumlah siswa dalam kelas, penempatan tempat duduk seorang siswa, serta penglompokan siswa sangat mempengaruhi efektif atau tidaknya suasana blajar. Maka, tidak heran kalu terkadang ada siswa yang sulit di ataur jika ia di tempatkan denagan siswa-siswa tertentu. Oleh karena itu , agar pengelolan kelas dapat berjalan dengan baik, penting bagi para guru untuk dapat memahami beberapa prinsip dasar tentang pengelolaan kelas. Pirnsip-prinsip sangat di butuhkan guna memperkecil timbulnya masalah atau gangguan dalam mengelola atau memanenjemen kelas. Beberapa prinsip menejemen kelastersebut, antara lain sebagai berikut: • Guru harus hangat dan antusias • Guru harus mampu memberikan tantangan • Guru harus mampu bersikap luwes • Beri penekanan pada hal yang positif • Guru harus menanamkan disiplin diri kepada siswa • Posisi peserta didik yang setrategis C. Beberapa Permasalahan yang Sering Timbul di Kelas Kelas merupakan tempat berhimpunnya sisiwa denagn sekalian banyak karakter dan kepribadian yang beragam, tentu akan muncul bermacam persoaalan kompleks yang meminta penanganan serius dari seoarang guru. Jika persoalan itu dapat di tangani denagan benar, maka proses blajar-menagajar akan dapat di selenggarakan denag baik. Sebaliknya, apabila persoalan tersebut dibiarakan, tidak ditanagani secara serius, maka proses blajarpun akan menjadi kacau-balau. Berikut akan di paparkan problem sisiwa yang sering muncul di dalam kelas serta langkah- untuk menanganninya : a.Siswa selalu membuat masalah Sebuah kelas menjadi kurang kondusif karena terdapat beberapa siswa yang sering menjadi biang masalah. Mereka sulit diataur meski berkali-kali diberi peringatan, ada saja tingkah polah mereka yang berpotensi mengganggu situasi di dalam kelas. Menghadapi siswa seperti ini ada beberapa hal yang harus diketahui oleh para guru: •Guru harus mencari tahu penyebab mengepa peserta didik melakukan hal itu •Guru melakukan pendekatan dengan peserta didik •Libatkan orang tua •Libatkan guru BK (bimbingan dan konseling) b. Siswa sulit berkonsenttrasi Guru mungkin sering mendapati ada sebagian sisiwa yang tidak dapat mengikuti mata pelajaran dengan baik, karena mereka tidak dapat mempertahankan kosentrasinya. Tanda-tanda sisiwa yang berkosentrasi diantarnya pandangan yang selalu mengarah keluar kelas, menutup buku , berbicara denglan teman sebangkunya, gelisah, dan selalu menole kearah keluar. Terkait dengan hal tersebut beberapa langkah yang dapat dilakuan seorang guru adalah: •Guru memberikan teguran secara lansung kepada sisiwa •Guru memberi bimbingan secara personal kepada siswa c.Siswa kurang semangat Aktivitas blajar mensyaratkan untuk semangat dan kemauan yang tinggi agar dapat memahami dan menguasai ilmu yang kita plajari. Selain itu, dibutuhkan kreativitas tersendiri dalam blajra agar kita terhindar dari persaan jenuh dan malas dalam blajar. Berkaitan dengan hal ini,sering para guru dibuat bingung oleh kondisi siswa yang mengalami penurunan semangat dalam blajar. Ada beberapa langkah yang dapat di tempuh seoarang guru untur menangani hal tersebut adalah : • Perhatikan kerapian prangkat utama mengajar • Berkreasi di dalam kelas • Bernyanyi atau memainkan musik ringan • Bermain teka-teki • Buatlah motto, foto, dan hiasan dinding • Buat perpustakaan mini • Melakukan percobaan kecil • Suruh siswa membuat pertanyaan • Menulis ide-ide kreatif d. Sisiwa yang egois Siswa yang egois tentu akan sangat mengganggu kenyamanna dan merusak suasana blajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sikap egois ini tampak sekali terutama ketika siswa di libatkan dalam suatu tugas klompok. Selain mengganggu siswa yang lain, sikap egois juga dapat merusak merusak iklim kerja sama, memicu timbulnya sifat individualisme, serta rentang memicu konflik. Ada beberpa langkah yang perlu ditempuh oleh para guru untuk menghadapi siswa yang egois dalam kelas seperti ini, adalah: • Hadapi denagn tenang • Jangan memarahi sisiwa • Hadapi dengan lemah lembut e. Siswa yang suaka merajuk Sifat merajuk pada siswa juga merupakan faktor pengganggu kenyamanan blajar dalam kelas. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa cara yang perlu dilakukan oleh para guru dalam menghadapi siswa yang suka merajuk. • Memberi bujukan • Buatlah janji yang mudah di tepati • Jelaskan kebiasaan buruknya f. Sisiwa pemalu Sifat pemalu bagi siswa juga merupakan masalah serius dalam proses blajar-mengajar di kelas. Siswa yang pemalu akan sulit untuk di ketahui kemampuan atau potensi di antara siswa yang lain. Untuk mengatasi hal tersebut guru dapat mencoba beberapa langkah sebagai berikut : • Guru memberi semangat kepada siswa yang pemalu tersebut • Mengikut sertakan dalam kegiatan sekolah D. Pendekatan dalam manajemen kelas Kelas merupakan tempat yang dihuni oleh sekelompok manusia dengan berbagai latar belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang berbeda-beda. Karena itu, dalam upaya untuk mengelola kelas menjadi lebih baik, diperlukan banyak hal guna mempermudah tugas menejemen sendiri. Meski demikian, permasalahan utama dalam upaya mengelola atau mengelola kelas adalah para siswa itu sendiri. Artinya, pengelolaan kelas dilakukan tidak lain untuk meningkatkan dan mempertahankan gairah siswa dalam belajar, baik secara kelompok maupun secara individual, sekaligus membantu para guru agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan efektif. Hal ini penting, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Sebuah kelas dapat dikatakan terkelola dengan baik apabila tercipta keharmonisan hubungan antara guru dengan siswa, tingginya kerjasama di antara siswa, serta terjaganya antusiasme didwa dalam mengikuti mata pelajarannya. Ini semua dapat terwujud manakala guru dapat melakukan tugas mengelola kelas dengan baik dan tepat. Agar guru dapat melakukan tugas mengelola kelas dengan baik, tentu saja dibutuhkan langkah-langkah pendekatan yang tepat. Tanpa pendekatan yang tepat, maka pengelola kelas tidak mungkin dapat dicapai. Oleh sebab itu, para guru perlu memahami pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan pada saat hendak melakukan upaya manajemen kelas. Berikut beberapa pendekatan yang bisa dipakai : 1. Pendekatan Kekuasaan Memiliki pengertian sebagai sikap konsistendari seorang guru untuk menjadikan norma atau aturan-aturan dalam kelas sebagai acuan untuk menegakkan kedisiplinan. 2. Pendekatan Ancaman Ancaman juga dapat menjadi salah satu pendekatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk dapat memanajemen kelas dengan baik. Namun, ancaman disini sepatutnya tidak dilakukan sesering mungkin dan hanya diterapkan manakala kondisi kelas sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan. Selama guru masih mampu melakukan pendekatan lain di luar ancaman, maka akan lebih baik jika pendekatan dengan ancaman ini ditangguhkan. Namun satu hal yang harus diingat, pendekatan ancaman harus dilakukan dalam taraf kewajaran dan diusahakan tidak melukai perasaan siswa. 3. Pendekatan Kebebasan Artinya guru harus membantu para siswa agar mereka merasa bebas mengerjakan sesuatu dalam kelas, selama hal itu tidak menyimpang dari peraturan yang telah diterapkan dan disepakati bersama. Terkadang siswa tidak nyaman apabila seorang guru yang terlalu over-protektif sehingga siswa tidak leluasa melakukan experimennya. 4. Pendekatan Resep Dalam hal ini, kita perlu mencatat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama proses belajar mengajar dalam kelas. Ketentuan itu dibuat semata-mata untuk kepentingan guru dan kepentingan peraturan kelas. Oleh sebab itu, cobalah ingat kembali apa yang tidak disukai siswa pada saat kita mengajar, sehingga ketidaksukaan itu dapat menyebabkan situasi kelas menjadi kurang efektif. 5. Pendekatan Pengajaran Merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk dapat mengelola kelas dengan baik. Karena itu, buatlah perencanaan pengajaran dengan matangsebelum kita masuk kelas dan patuhilah tahapan-tahapan yang sudah kita buat sebelumnya. 6. Pendekatan Sosio-Emosional Sebuah kelas dapat dikelola secera efisien selama guru mampu membina hubungan baik dengan siswa-siswanya. Pendekatan yang didasarkan kepada terjalinnya hubungan baik anata guru dengan siswa ini disebut dengan pendekatan sosio-emosional. Untuk mewujudkan hal ini, guru terlebih dahulu harus mampu membangun komunikasi dan interaksi secara positif dengan siswa. Untuk dapat mewujudkan prinsip ini adalah adanya kemampuan guru untuk bersikap pengertian, mengayomi, serta melindungi siswa-siswanya. E. Indikator Kelas yang Berhasil Indikator pengelolaan kelas yang berhasil yaitu : 1. Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas 2. Sebagai guru, jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah 3. Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas ( apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan, dan lain-lain ) dan rutinitas kelas ( apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain ). Prosedur kelas bukan peraturan kelas. 4. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab 5. Guru tidak mendisiplnkan siswa dengan ancaman- ancaman. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pengelolaan kelas merupakan proses pemberdayaan sumber daya baik material elemen maupun human elemen didalam kelas oleh guru sehingga memberikan dukungan terhadap kegiatan belajar oleh siswa dan kegiatan mengajar oleh guru. Beberapa prinsip menejemen kelastersebut, antara lain sebagai berikut: • Guru harus hangat dan antusias • Guru harus mampu memberikan tantangan • Guru harus mampu bersikap luwes • Beri penekanan pada hal yang positif • Guru harus menanamkan disiplin diri kepada siswa Permasalahan yang Sering Timbul di Kelas a. Siswa selalu membuat masalah b. Siswa sulit berkonsenttrasi c. Siswa kurang semangat d. Sisiwa yang egois DAFTAR PUSTAKA Mudasir, 2011, Manajemen Kelas. Pekanbaru:Zanafa Publishing Syarifudin, 2011, Manajemen Pendidikan, Jakarta:Diadit Media Salman Rusydie, 2011, Prinsip-prinsip Manajemen. Yogyakarta:Diva Press http://nellahutasoit.wordpress.com/2011/11/18/tujuan-pengelolaan-kelas/

Perkemgbangan Kognitif, Bahasa, Emosi pada Masa Kanak-Kanak Akhir dan Implementasinya pada Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan masa akhir kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu. Bagi sebagian anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan anak. Sementara mrnyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan baru dari kelas satu, kebanyakan anak berada dalam keadaaan tidak seimbang; anak mengalami gangguan emosional sehingga sulit untuk hidup bersama dan bekerja sama. Masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan prilaku. Sebagai calon orang tau dan juga sebagai calon guru kita tentu harus mengetahui perkembangan-perkembangan tersebut supaya kita dapat mendidik anak-anak kita dengan baik dan denga sewajarnya. 1.2 Rumusan masalah a. apa yang di maksud dengan masa akhir kanak-kanak b. aspek perkembangannya c. implemen tasinya dalam pendidikan BAB II PEMBAHASAN A. Masa Akhir Kanak-kanak Masa akhir anak-anak sukar ditentukan, oleh karena ada sebagian dari anak-anak yang cepat menjadi remaja dan sebagian yang lain adalah lambat. Periode ini dimulai setelah anak melewati masa degil, dimana proses sosialisasi telah dapat berlangsung lebih efektif, dan menjadi matang ketika memasuki sekolah. Masa anak sekolah diawali dengan tercapainya kematangan bersekolah (S.C.Utami Munandar, 1991: 1). Seseorang anak dapat dikatakan matang untuk bersekolah apabila anak telah mencapai kematangan fisik, intelektual, moral, dan sosial. Matang secara fisik maksudnya, apabila anak telah sanggup untuk menuruti secara jasmaniah tata tertib sekolah. Misalnya, duduk dengan tenang, tidak makan di dalam kelas ketika berlangsungnya pembelajaran, dan lain sebagainya. Matang secara intelektual maksudnya, apabila anak telah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, terus menerus, dapat menyimpannya dan nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Matang secara moral, jika anak telah sanggup menerima pelajaran moral, misalnya pelajaran budi pekerti, etiket, serta telah sanggup melaksanakannya. Telat juga ada rasa tanggung jawab untuk melaksanakan peraturan sekolah sebaik-baiknya. Matang secara sosial, apabila anak telah sanggup untuk hidup menyesuaikan diri dengan masyarakat sekolah. Masa akhir kanak-kanak menurut psikologi islam adalah tahap tamyiz, fase ini anak mulai mampu membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah. Pada usia ini Nabi muhammad memberikan contoh bahwa anak sudah diperintahkan untuk melakukan shalat sebagaimana Hadits Nabi: Artinya:....... Perintahlah anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkannya apabila berusia sepuluh tahun dan pisahkan ranjangnya (HR. Abu Dawud dan al-Haki dari Abd Allah ibn Amar). Hadis tersebut mengisyaratkan ketika anak berusia tujuh tahun memerintahkan orang tua untuk memukul anaknya yang meninggalkan sholat, makna memukul tidak bersifat biologis, tetapi secara psikologis dengan mengingatkan yang dapat menggugah kesadarannya untuk melakukan shalat. B. Aspek-Aspek Perkembangan 1. Perkembangan Kognitif Sejalan dengan meluasnya dunia anak ketika mulai masuk sekolah, minat dan pengalaman bertambah, sehingga ia lebih dapat memahami orang-orang, obyek-obyek, dan situasi-situasi di sekitarnya. Pada usia ini anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (membaca, menulis, dan menghitung). Menurut teori piaget pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran oprasional kongkrit (concrete oprational) thought), menurut Piaget, oprasi adalah hubungan hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan oprasi kongkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau kongkrit dapat di ukur . Menurut piaget, anak-anak paa massa kongkrit operasional ini mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungn dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Johnson dan Medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada massa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan oprasi-oprasi, yaitu : a. Negasi (negiation) Pada masa pra-oprasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deratan benda, yaitu pada mulanya keadaanya sama dan pada akhirnya keadaanya menjadi tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi di antaranya. Tetapi, pada masa kongkrit oprasional, anak memahami proses apa yang terjadi di antara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan benda-benda, anak bisa (melalui kegiatan mentalnya) mengembalikan atau membatalkan perubahan yang terjadi sehingga bisa menjawab bahwa jumlah benda-benda adaalah tetap sama . b. Resiprokasi (hubungan timbal balik) Ketika anak melihat bagai mana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tatapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa benda-benda yang pada kedua deret itu sama. c. Identitas Anak pada masa kongkrit oprasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu. Anak menghitung, sehingga meskipun benda-benda di pindahkan , anak dapat mengetahui bahwa jumlahnya akan tetap sama (Gunras, 1990). Setelah mampu mengkonservasi angka, maka anak bisa mengkonsevasi dimensi-dimensi lai, seperti isi dan panjang. Ditinjau dari perkembangan kognitif Jean Piaget, masa kanak-kanak akhir (anak sekolah dasar) berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-11 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas hingga menjadi lebih konkret dan tertentu. Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata / konkret. Anak masih menerapkan logika berfikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Anak masih kesulitan untuk memecahkan masalah yang mempunyai banyak variabel. Oleh karena itu, meskipun intelegensi pada tahap ini sudah sangat maju, namun cara berfikirnya masih terbatas yakni berdasarkan sesuatu yang konkret. Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya aktifitas-aktifitas mental seperti mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Anak sudah lebih mampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis. akan tetapi, pemikirannya tidak sekabur seperti pada masa kanak-kanak, melainkan menjadi lebih spesifik dan konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Di samping itu, ia memperoleh dan arti baru melalui media massa, terutama film, radio, dan telivisi. Berdasarkan pengalaman-pengalaman ini, ia membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, hidup dan mati, konsep tentang dirinya, peran sosial, peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Ketika anak membaca buku pelajaran di sekolah dan mencari keterangan dari ensiklopedia atau sumber-sumber informasi lain, ia tidak hanya mempelajari arti baru untuk konsep tetapi juga memperbaiki arti yang salah yang dihubungkan dengan konsep lama. Pengalaman sendiri juga memberikan makna bagi konsepnya. Pengalaman berwisata, misalnya akan mewarnai konsep tentang pariwisata. Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklarifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi, mengalihkan, dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memilki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana. Dalam rangka mengembangkan kemampuan mental-inteketual, maka sekolah (guru) seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan guru, membuat laporan (hasil study tour) atau diskusi kelompok. 2. Perkembangan Bicara (Bahasa) Berbica merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain . Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaraan kata yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Cara-cara anak-anak memikirkan kata-kata berubah selama masa kanak-kanak menengah dan akhir . mereka menjadi kurang terikat pada tindakan dan persepsi yang di asosiasiakan dengan kata-kata, dan manjadi lebih analitisdalam pendekatan merekaterhadap kata-kata . anak-anak persekolahan pada umumnya merespon dengan suatu kata yang sering kali mengikuti kata yang di jadikan setimula. Contohnya , ketika diminta merespon kata “dog”, anak-anak yang masih belia mengatakan “barks “ (menggonggong), kata “eat”, dengan “lunch” (makan siang). Akan tetapi pada usia 7 tahun , anak-anak mulai merespon dengan kata yang terletak dalam satu konteks makna dengan stimulan. Contohnya, seorang anak mungkin merespon kat “ dog’ dengan “cat” atau “horse”. Pada kata eat, anak usia usia 7 tahun mungkin merespon” drink”. Hal ini membuktikan bahwa anak mulai mengkatagorikan kosakata mereka dengan bagian dari pembicaraan . Usia SD merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaraan kata (vocabulary). Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis. Pada masa ini, karena dibarengi dengan taraf berfikir yang sudah maju maka dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab akitab. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut: a. Proses jadi matang dalam hal organ-organ suara / bicara sudah berfungsi untuk berkata-kata. b. Proses belajar, maksudnya bahwa anak yang telah matang untuk berbicara, lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-kata yang didengarnya. Kedua proses tersebut berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada saat masuk SD anak sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang mendekati sempurna, dapat membuat kalimat majemuk, dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Dengan meluasnya cakrawala anak-anak, mereka menemukan bahwa berbicara merupakan sarana penting untuk memperoleh tempat di dalam kelompok. Dalam hal ini yang terpenting adalah bahwa ia mampu mengerti apa yang dikatakan orang lain. Kalau anak tidak dapat mengerti apa yang dikatakan orang lain, tidak saja bahwa dia tidak diterima dalam kelompok. Bantuan untuk memperbaiki pembicaraan pada masa kanak-kanak akhir menurut Hurlock, berasal dari empat sumber. Antara lain; orang tua, radio, televisi, dan sekolah. Setelah anak belajar membaca ia menambah kosa kata dan terbiasa dengan bentuk kalimat yang benar. Setelah anak mulai sekolah, kata-kata yang salah ucap dan arti-arti yang salah biasanya cepat diperbaiki oleh guru . 3. Perkembangan Emosi Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, sepertiperasaan senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk konsentrasi terhadap aktifitas belajar. Sebaliknya, jika emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses Masa remaja adalah masa puncak emosionalitas , yaitu perkembangan emosi yang tinggi . pada masa remaja awal, perkembangan emosinya menunjukan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap bebagai peristiwa atau situasi sosial. Emosinya bersifat negatif dan temramental (mudah tersinggung/marah atau mudah sedih/murung) belajarakan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar. Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa mengungkapkan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh dari meniru dan latihan. Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangat berpengaruh. Apabila anak berkembang dalam lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan. Pada umunya, masa kanak-kanak akhir merupakan periode yang relatif tenang yang berlangsung sampai mulainya masa puber. Ini disebabkan oleh beberapa hal; pertama, peranan yang harus dilakukan anak yang lebih besar sudah terumus dengan jelas. Kedua, permainan dan olah raga merupakan bentuk pelampiasan emosi yang tertahan, terakhir, dengan meningkatnya keterampilan yang dikuasai dan dilakukan oleh anak, mereka tidak mengalami kekecewaan dalam usahanya untuk menyelesaikan berbagai macam tugas dibandingkan usia sebelumnya. Pola emosional pada masa kanak-kanak akhir umumnya berbeda dengan masa kanak-kanak awal dalam dua hal. Pertama, jenis situasi yang membangkitkan emosi, dan kedua, bentuk ungkapannya, keduanya tersebut merupakan akibat dari pengalaman dan belajar. Pola emosi yang umum adalah; amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang. C. Implementasinya pada pendidikan Dalam mempelajari psikologi perkembang pada masa kana-kanak akhr yang pada bab ini membahas tentang perkembangan kognitif, bahasa, serta emosional anak, ini sangat berman faat sekali bagi kita semua sebagai seorang calon guru, bagai mana cara kita untuk mengajar murid-murid kita yang masih berada pada masa kanak-kanak ahir atau mendekati remaja. Dalam hal untuk menigkatkan kognitif anak, guru dapat melakukan hal-hal bisa membuat anak semangat untuk blajar dengan cara membuat diskusi kecil melakukan tanya jawab dan membuat pertanyaan-pertanyan, karena pada masa ini anak sudah mampu berfikir dengan di tandai dengan adanya aktifitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami dan mampu memecahkan masalah. Anak sudah mampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih egois. Dan ada hal yang harus di hidari guru, yaitu janga samapi mengekan anak dan jangan samapi tidak membirikan tanggapan atas pertanyan anak, karena pada masa ini sikap egois anak sangat tinggi atau masih sensitif sekali. Dalam minyikapi perkembangan bahasa anak guru juga dapat melaukan hal-hal yang dapat menigkatkan kemampun bahasa anak yaitu dengan cara mengajak berkomunikasi dan bercerita dan mengajak untuk gemar membaca karena dengan membaca akan meltih ketrampilan bahsa anak. Serta dalam menyikapi emosi anak guru harus hati-hati dan extra sabar karena pada masa ini emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan. Hal tersebut sering membuat kondisi kelas kurang kondusif. Jadi pinter-pintarlah guru menyikapi hal tersebut. BAB III PENUTUP KESIMPULAN ini’Masa akhir kanak-kanak sering disebut sebagai masa tamyiz masa sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun.Aspek-Aspek Perkembangan : Perkembangan Kognitif Sejalan dengan meluasnya dunia anak ketika mulai masuk sekolah, minat dan pengalaman bertambah, sehingga ia lebih dapat memahami orang-orang, obyek-obyek, dan situasi-situasi di sekitarnya. Pada usia ini anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (membaca, menulis, dan menghitung). Perkembangan Bicara Berbica merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaraan kata yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Masa remaja adalah masa puncak emosionalitas , yaitu perkembangan emosi yang tinggi . pada masa remaja awal, perkembangan emosinya menunjukan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap bebagai peristiwa atau situasi sosial. Emosinya bersifat negatif dan temramental (mudah tersinggung/marah atau mudah sedih/murung) seorang guru yang paham tetang perkembangan psikologi anak didiknya pastinya akan mengajar dengan baik dan benar sesuai dengan perkembang anak didiknya, dan juga porsi serta cara untuk mengajar akan sesuai juga. DAFTAR PUSTAKA Mashar Riana, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya Jakarta: Kencana, 2011. B. Hurlock Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980. Hidayati Wiji , Purnami Sri , Psikologi Pengembangan Yogyakarta: BA UIN Suka, 2008 . SANTROCK, John W, Perkebangan anak , Jakarta: Erlangga, 2007. Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Yuliani Rochmah Elfi, Psikologi Pengembangan ,Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press dan TERAS, 2005.